Minggu, 13 Februari 2011

INILAH JALANKU,,(Aku Tahu Aku Tak Sendiri)

oleh: Akang "Ikki" Al Faqir


Tulisan ini tak lebih sekadar curahan hati, secuil dari kisah indah perjalanan hidupku, bukan keluhan atupun luapan kemarahan, bukan.. Bahkan aku berharap tulisan ini mampu menjadi ibroh atau pelajaran bagi yang membacanya terutama bagi diri saya pribadi tentunya.. Amiin..


Sahabat, inilah sebuah perumpaan itu,,

Syahdan,,dahulu,, aku pernah begitu mengagumi lampu kamarku, sekian lama dia mampu menjadi penerang dalam setiap aktivitasku, tak peduli siang dan malam, hujan maupun badai. kugantungkan seluruh harapanku padanya, aku merasa bahwa dialah satu-satunya yang bisa menerangi siang malamku, cahaya yang mampu menuntun hidupku.. kenapa aku begitu naif? Ini semua karena ketertutupanku terhadap dunia luar, aku hanya hidup dalam sekotak kecil kamarku. Aku menafikkan kehidupan luar. Menafikkan adanya cahaya lain yang tentunya lebih besar dan hakiki diluar kamarku.. sering kulihat setitik cahaya masuk dari celah kecil jendela kamarku, tapi hatiku tak mengizinkannya masuk ke relung hati, selalu kubiarkan berlalu dan kembali terbuai keindahan lampu kamarku. Sungguh, Aku begitu mencintai lampu kamarku.. Mataku silau akan kehangatan yang diberikannya.. Menutup mata dari kemungkinan bahwa suatu saat lampu kamarku pasti akan redup, cepat atau lambat. Mataku buta, telingaku tuli dan pikiranku menyangkal dan tetap yakin bahwa lampu kamarku akan terus menyala, bersama menjalani hidup sampai akhir hayatku.. betullah adanya pepatah arab yang mengatakan “kecintaanmu terhadap sesuatu akan membutakan matamu”.


Hingga suatu ketika, saat itu akhirnya datang juga. Peristiwa yang aku menutup mata dan telinga akan kedatangannya. Lampu kamarku, yang selama ini begitu kucintai, yang kuyakin sinarnya akan terus menerangi hidupku.. Pergi meninggalkanku. Aku tak kuasa menahannya, hanya mampu menatapnya perlahan mulai meredup, mulai menyembunyikan sinarnya, kucoba melakukan apapun yang kubisa untuk menjaganya tetap menyala. Sia-sia, semuanya hanya sebuah kesia-siaan belaka. Aku terpaku, terdiam. saat aku tersadar dan kudapati sekujur tubuhku berubah menjadi hitam, begitupun dengan sekitarku, hanya hitam pekat membayang. Tak ada warna lain. Lampu kamarku telah pergi, selamanya mungkin.. Meninggalkanku dalam kegelapan dan kesendirian.


Aku sakit, cemas, kalut, sedih, marah dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Yang kutahu bahwa mimpiku hancur, harapanku sirna menghilang bersamaan dengan redupnya lampu kamarku.. Sungguh, aku belum siap menghadapi semua ini kala itu. Aku terpuruk. Tatkala ku coba melangkahkan kaki, kaki malah ini terantuk sesuatu dan terjerembab membuatku merasakan tambahan sakit yang berlipat. Keputus asaan mulai mulai menjalari otakku. terdengarlah bisikan-bisikan setan, untuk segera mengakhiri segala keputusasaan, mengakhiri semuanya.. Namun, disaat-saat keputusasaan ini berada dalam puncaknya menghantam otakku, samar-samar kulihat sebersit cahaya di salah satu sudut ruangan.. apa gerangan disana? Terasa berat kaki melangkah, tapi ku kerahkan sisa semangat yang kupunya, mendekati setitik cahaya itu selangkah demi selangkah. Cahaya itu makin nyata, semakin terlihat jelas. kupercepat langkahku mencari sumber cahaya itu,. Mencari tempat baru menggantung seluruh harapan dan hidupku.. dan tatkala kudapati sumber cahaya itu, bibir ini kelu, mata ini tak mampu berkedip sementara jantung ini terasa bergemuruh makin kencang. Inikah cahaya yang abadi itu, inikah cahaya yang kilaunya takkan redup menerangi seluruh hidupku. Inikah cahaya yang hakiki itu..? Kulihat didepan sana beberapa orang, tua-muda berjalan dibawah naungan cahaya hakiki itu. Mereka terlihat kepayahan, ditengah hawa yang begitu panas, terus berjalan meski harus bermandikan keringat dan meniti jalanan berdebu yang berkerikil serta duri tajam merintang.. Ditambah lagi cemoohan-cemohan dari orang-orang yang bersantai dari dalam rumahnya. Mencemoh kebodohan mereka berpayah dijalanan namun meninggalkan kenyamanan-kenyamanan yang ditawarkan oleh rumah-rumah dan kamar-kamar. Bersantai menikmatinya seperti yang kebanyakan orang lakukan. Tapi, sahabat.. Lihatlah mereka bergandengan tangan bersama dan senyum tersungging di bibir mereka. Kegembiraan jelas terpancar dari wajah-wajah lelah mereka. Mungkinkah mereka telah merasakan kenikmatan dibawah cahaya yang hakiki, hingga kepayahan dan cemoohan tak mereka abaikan lagi. Apakah mereka telah mendapatkan yang dinamakan kebahagiaan hakiki. Mungkinkah aku bisa merasakan hal yang sama? Ingin rasanya bisa berjalan beriringan bersama mereka. Merasakan kebahagiaan seperti yang mereka rasakan.


Sejenak, kualihkan pandangan kebelakang, ke dalam kamarku. aneh,, kulihat ada cahaya samar lilin disana.. Cahayanya halus membelai perasaanku. Cahayanya berpendar menerangi seluruh ruangan sekan meyakinkanku bahwa dia adalah pengganti lampu kamarku yang tepat. Semuanya, kesejukan dan kehangatan cahanya seolah menarikku untuk kembali kesana, kekamarku. Kembali ke kehidupan lamaku. Hidup seperti yang kebanyakan orang lakukan. Bernyaman-nyaman,bertelekan kenikmatan sesaat, menutup diri dari cahaya yang agung diluar sana. Aku termenung, dan membiarkan diriku berada dalam kebimbangan..

Sampai aku tersadarkan oleh sapaan halus, disertai senyum tulus dan uluran tangan penuh kehangatan dari mereka. Merangkul pundakku. Mengajakku menempuh jalan bersama mereka. Jalan yang kutahu tak mudah, jalanan berdebu, ada kerikil dan duri menghadang, ada hawa panas yang menerpa kulit, ada cemoohan yang menusuk telinga sampai ke ulu hati. Aku masih belum yakin, ada kebimbangan dihatiku. Kulirik kembali kamarku. Namun, mereka memegang pundakku semakin erat, menghadirkan senyum yang semakin tulus. Akhirnya kutetapkan hati meninggalkan kesejukkan, kehangatan, dan kenyamanan kamarku, dan semua kesemuan itu, untuk berjalan dijalan ini. Jalan yang berada di bawah naungan cahaya yang agung, cahaya hakiki. Berharap menemukan kebahagiaan abadi diujung sana. Berjalan menerjang kerikil, duri yang merintang, mungkin sesekali badai menghampiri. Berjalan dengan iringan tatapan sinis dan teriakan cemohan orang-orang. Tapi Aku yakin.. INILAH JALANKU, dan AKU TAHU AKU TAK SENDIRI..


Sahabat, kisah diatas hanyalah sebuah perumpamaan.. namun itulah gambaran tentang sebuah realita kehidupan.. Mungkin sebagian dari kita pernah mencintai sesuatu, makhluk hidup ataupun makhluk mati melebihi kadar yang lazim untuk seorang muslim. Dimana Kecintaan terhadap makhluk (hidup atau benda mati) melebihi dari kecintaan terhadap sang pencipta makhluk itu sendiri, Allah Azza wa Jalla.. audzubillah…


Ketika aku menemukan jalan menuju cahaya itu, tak sedikit cobaan yang menggoyahkan keteguhan ini.. terkadang aku berpikir tentang jalan yang tengah kujalani ini. Belum lama aku berpijak dijalan ini, angin kencang sudah mulai menyapa, mencoba meruntuhkan pondasi bangunan yang sedang kurintis.. Banyak orang (terutama tetangga dikampung dan teman-teman kuliahku) melihat perubahan pada diriku dengan menganggap aku adalah orang aneh, terbawa paham aliran sesat, atau seorang teroris. Bahkan tetangga”ku ada yang memusuhiku, mendiamkanku bahkan melarang anaknya bergaul dengan ku dan menyuruh menjauhiku.. dan fitnah itu menyebar demikian cepat seperti hembusan angin..


Hingga satu waktu pernah aku dihadapkan pada beberapa tokoh dikampungku, hanya untuk menyuruhku untuk melepas semua sunnah yang mulai kupegang erat ini dan kembali kepada kejahiliyahan tradisi yang tak berdasar Alqur’an dan hadits.. Dengan dalih demi kebaikan hidupku dan meredakan fitnah yang ada di masyarakat.. sungguh, mereka hanya tak paham apa yang terbaik bagi hidup manusia.

“islam datang dalam keadaan asing, dan nanti akan kembali menjadi asing.. maka beruntunglah orang-orang yang terasing”.

Sekali-kali tidak, jika demi nama baik semata kemudian aku hendak melepas kembali sunnah yang kukenakan. Cukuplah aku menyabarkan diri dengan Hadits diatas dan mengharap termasuk kedalam golongan orang yang beruntung, yakni orang yang tetap teguh berdiri diatas sunnah ditengah era kehidupan dunia yang mulai tak menentu ini.. aminn.


Meski Tak kupungkiri, terkadang aku merasa akan kesendirian.. namun kuyakin, cobaan ini tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang telah dialami oleh para ulama, apalagi Rasul dan sahabat yang sampai harus mempertaruhkan nyawa demi menjaganya. Aku merasa bahwa aku tak sendiri dan merasa masih banyak saudaraku disana yang juga gigih menjaga sunnahnya. mungkin saja kami akan dipertemukan suatu hari nanti, bersama Rasulullah dan juga orang-orang yang mencintai dan menjaga sunnah.. amin

INILAH JALANKU, dan AKU TAHU AKU TAK SENDIRI..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar